Thursday, April 27, 2006

muhasabah ke dalam hati

Memberi di Saat Sulit


Suatu hari Ali bin Abi Thalib mendapati kedua anaknya, Hasan dan Husain, sakit. Bahkan kedua cucu Baginda Rasulullah SAW itu mengalami sakit yang cukup lama sehingga Ali pun bernazar, “Jika Hasan dan Husain sembuh, aku akan berpuasa selama tiga hari”. Rupanya Allah mendengar nazar Ali tersebut hingga Hasan dan Husain pun sembuh.

Ali bin Abi Thalib bersama isterinya, Fatimah Az Zahra, pun berpuasa. Menjelang tiba waktu berbuka di hari pertama, hanya tersedia dua potong roti untuk makanan berbuka. Ketika waktu berbuka tiba, belum lagi keduanya menyantap roti tersebut, datang seorang fakir miskin yang mengetuk pintu mereka seraya meminta makanan lantaran perutnya belum terisi sejak beberapa hari. Urunglah Ali dan Fatimah melahap roti yang sudah digenggamnya, mereka pun meneruskan berpuasa hingga keesokan harinya.

Di hari kedua berpuasa, mereka pun hanya memiliki sepotong roti untuk dimakan berdua pada waktu berbuka nanti. Seperti halnya hari kemarin, tiba saatnya berbuka, pintu pun kembali terdengar diketuk seseorang. Rupanya seorang anak yatim yang meminta makanan karena kelaparan. Tak kuasa menahan iba, Ali pun memberikan sepotong roti itu kepada anak yatim itu. Keduanya kembali berpuasa. Ujian memang selalu diberikan Allah kepada orang seperti Ali dan Fatimah. Bahkan di hari ketiga berpuasa pun, sepotong roti yang mereka punya pada saat menjelang berbuka ikhlas mereka berikan kepada seorang tawanan yang baru saja bebas namun tak mempunyai makanan. Ali, Fatimah, dan kedua anaknya, Hasan dan Husain mengerti bahwa semua ini hanyalah ujian kesabaran dari Allah.

Sebuah pelajaran yang teramat mengharukan dari keluarga Ali bin Abi Thalib dan keluarganya yang penyabar. Betapa Allah tengah menguji mereka, akankah mereka tetap beriman dan mau menyedekahkan rezeki milik mereka kepada orang lain, meskipun mereka teramat membutuhkan. Bahkan kisah yang teramat indah ini Allah lukiskan dalam Al-Quran Surat Al-Insan (76): 8-10, agar menjadi pelajaran bagi kebanyakan manusia.

Memberi di saat berlebih adalah hal mudah, meski tidak semua orang melakukannya. Tetapi memberi di saat kita membutuhkan, hanyalah orang-orang yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah di surga kelak yang sanggup melakukannya. Butuh perjuangan, keikhlasan dan kesabaran untuk meniru apa yang dilakukan Ali bin Abi Thalib beserta keluarganya. Tentu saja kita bisa, jika kita mau.

“... barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia berbuat kebaikan...” (QS. Al-Kahfi:110)

====================the end=====================


Hal di atas mengingatkan aku pd temen ku(usp,sebenarnya kaka tingkat kuliah), hmmmm bayangin deg, bayangin pokoknya!!! (jangan pake lama) dia itu :
1. beragama Islam
2. anak kost(kostnya kecil)
3. uang di dompet dan tidak ada dtempat lain, sisa 5rb (asli sisa 5ribu)
4. temennya datang pinjem uang, apa yg terjadi kemudian,temannya mau pinjem uang 20rb seh
5. dgn rasa hormat dia buka dompetnya sambil bilang 'uang aku sisa segini aja, gimana kalo kita bagi 2,soalnya saya blm makan'


wah, hebat, pokonya aku salut deh sama dia, coba, makan apa itu 2500,'!!!!
makan mie goreng aja dia. harga mie goreng kan 1000(sekarang 900), sisanya uang buat mkn pagi, pergi ke kampus jln kaki. karena dia mengatakan, apakah enak kita makan , sedangkan yang lain memerlukan

beda sekali sama diriku dan keada'an sekarang ini, SEBAGAI RENUNGAN, BAGAIMANA KALO ITU TERJADI SAMA ANDA!!!! CAM KAN BAIK

No comments: